BERPERILAKU SOMBONG

وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا
Terjemahan :
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan ada dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu juga tidak bisa mencapai puncak gunung yang tinggi. ( al-isra’: 37 )
TAFSIRNYA
munasabatul Ayah
Ayat ini terkait dengan ayat-ayat sebelumnya, yaitu ayat 31 sampai dengan 36, tentang beberapa larangan yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat, yaitu:
a) Larangan membunuh anak. ( ayat 31 );
b) Larangan berzina. ( ayat 32 );
c) Larangan membunuh orang yang tidak bersalah. ( ayat 33 );
d) Larangan makan harta anak yatim. ( ayat 34 );
e) Larangan mengurangi timbangan. ( ayat 35 );
f) Larangan taqlid buta. ( ayat 36 );
g) Larangan berlaku sombong. ( ayat 37 );.
Ketujuh perkara tersebut adalah watak nafsu ammarah manusia yang merusak tatanan hidup bermasyarakat ( nizhamul mujtama’ ), dan itulah yang berlaku dalam masyarakat jahiliyah. Maka, setelah islam datang, perilaku seperti itu diluruskan yaitu dengan dilarangnya, yang disertai dengan berbagai akibat. Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat dan berjama’ah harmonis dan kondusif. Berikut ini adalah bagian ketujuh, yaitu akan membahas tentang berperilaku sombong, yang bahayanya di masyarakat maupun di akhirat kelak tidak alang kepalang.
Ma’anil Mufradat
وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ 🙁 dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong ). Larangan sombong yang diungkapkan dengan “Berjalan di muka bumi “, karena gaya berjalan itulah gejala yang paling nampak, pada umumnya, dan itu sudah menjadi naluri manusia sombong. “sombong” ini adalah terjemahan kata مَرَحًاۚ ( marahan = isim mashdar). ada yang membaca “marihan” ( isim fa’il = orang yang sombong ). padanan katanya: تَكَبَّرَ ( takabbur ), فَاخُر ( fakhr ), خُيَلاَء ( khuyala’ ), يَبْطَرُ ( bathar ), yaitu merasa dirinya lebih unggul dari pada orang lain, sehingga orang lain di anggap lemah dan rendah. dalam sebuah hadis Rasulullah saw. menjelaskan tentang definisi sombong sebagai berikut : Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan, bahwa Rasulullah, bersabda: “Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya ada rasa sombong kendati hanya sekecil biji sawi”. Lalu ada orang yang bertanya: “Ya Rasulallah, ternyata ada orang yang senang sekali kalau bajunya bagus dan sandalnya bagus, apakah ini termasuk sombong ?” Jawab beliau: “Sesungguhnya Allah itu indah suka pada keindahan. sedang yang dinamakan sombong ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”.(HR. Muslim,131).
Yakni, setiap kebenaran, baik dari agama ataupun pikiran, yang ditolak karena tidak sesuai dengan pikiran dia, maka itu adalah termasuk sombong. sementara orang lain yang lebih rendah dari di hina. itupun sombong. Lalu bagaimana bentuk merendahkan orang lain itu? tidak ada penjelasan konkret. sehingga berlaku sesuai kebiasaan daerah masing-masing. dan kalau dalam ayat di atas dikatakan larangan sombong itu untuk berjalan dimuka bumi, maka ungkapan itu hanya ghalibiyah ( pada umumnya ), tetapi intinya adalah larangan berperilaku sombong dalam bentuk apapun. misalnya memalingkan muka seperti tersebut di surat Luqman Ayat 18: dan janganlah kamu memalingkan kamu dari manusia ( karena sombong ) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan sombong ( angkuh ) Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Kesombongan itu disebabkan oleh sesuatu kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, seperti ilmu, harta, keturunan, kepangkatan, dan lain-lain. dan kalau dalam ayat di atas dikatakan “Allah tidak menyukai orang yang sombong”, Karena manusia siapapun, adalah makhluk yang lemah. sementara kekuatan hadis yang tiada tara, hanyalah Allah, sang Khalik. yang terungkap dalam kalimat “laa haula walaa quwaata illaa billaah” ( tidak ada daya dan kekuatan apapun yang dimiliki manusia tanpa Pertolongan Allah ). Justru itu yang berhak sombong hanyalah Allah, seperti tersebut dalam hadis qudsi sebagai berikut: Abu Hurairah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: ” Allah ‘Azza wa Jalla berfirman; sombong itu adalah selendangku dan kebesaran itu adalah Sarungku. karena itu barangsiapa yang menyamai aku satu saja dari antara kedua hal itu, maka akan melempar dia ke neraka.” (HR.Abu Daud, 3567).
Salah satu bentuk kelemahan manusia adalah dalam hal menembus bumi dan mendaki Puncak Gunung:
إنك لن تستطيع أن تخترق الأرض ولن تستطيع أن تصل إلى أعالي الجبال
(Sesungguhnya kamu tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan dapat mencapai puncak gunung yang tinggi). ungkapan ini untuk memberi gambaran umum tentang kelemahan manusia. Adapun pada akhir-akhir ini ada juga yang bisa membuat terowongan gunung, bisa membuat jalan di bawah tanah, ada kereta api di bawah tanah, bahkan di bawah laut, serta pendaki gunung, Namun, semua itu tidak lepas dari berbagai kelemahan juga.
Dalam kehidupan bermasyarakat, sombong adalah perusak, lebih-lebih jika sombong itu dilakukan oleh penguasa. Justru itu, perasaan sombong itu harus benar-benar dihilangkan dari kalbu Kita. yang Salah satu caranya ialah dengan merasakan akan kelemahan diri. manusia sesuper apapun, tidak lepas dari kelemahan dan di sana masih ada pula orang yang melebihinya. kata seorang penyair :
Jangan kamu berjalan dipermukaan bumi ini melainkan dengan tawadhu’
Karena betapa banyak di permukaan bumi ini kaum yang lebih unggul darimu
Dan Seandainya kamu dalam keluhuran, dalam perlindungan dan cobaan penjagaan
Namun, betapa banyak orang yang mati yang justru menjaganya lebih darimu.
Di sisi lain, dalam rangka menghindari kesombongan, Rasulullah Saw. bersabda :Abu Hurairah meriwayatkan, katanya : Rasulullah SAW. bersabda : “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla benar-benar akan menghilangkan kesombongan jahiliyah dan kebanggaan terhadap leluhur dengan ketakwaan seseorang mukmin dan dengan Celakanya seorang penjahat. kalian ini semuanya adalah anak cucu Adam, sedang Adam dibuat dari tanah. sungguh banyak orang akan meninggalkan kesombongannya lantaran merasa, bahwa mereka adalah arang dari arang jahanam, atau lantaran merasa lebih hina dihadapan Allah daripada seekor kepik yang bau busuknya menyengat hidung.” (HR.Abu Daud, 452 dan Tirmidzi, 3193).
Dalalatul ayah
dalalah ayat ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Sombong itu dosa besar, tak ubahnya dengan syirik.
- Sombong itu merusak tatanan hidup masyarakat.
- Sombong itu dapat dihilangkan dengan :
a. ketakwaan yang sejati.
b. Merasa keistimewaan yang dimiliki hanyalah Secuil biji sawi dari kebesaran Allah.
c. Merasa, bahwa di balik keistimewaan dirinya, masih ada orang lain yang lebih istimewa.
d. Merasa, bahwa sombong itu dosa besar yang akan disiksa di jahanam.